Archive for November, 2010

Kohesivitas dan Tujuan Kelompok

Kohesivitas dan Tujuan Kelompok

Akibat pada tujuan kelompok terhadap produktivitas tergantung pada komitmen anggota terhadap kelompok dan tujuan kelompok. Jika kohesivitas kelompok begitu kuat maka motif-motif individu akan diganti oleh motif yang berorientasi pada kelompok. Hasrat anggota pun makin besar untuk mensukseskan kelompoknya. Hasil survey pada 5871 pekerja pabrik di 2228 kelompok menghasilkan hipotesis sebagai berikut: “selama norma kelompok mendorong produktivitas yang tinggi maka kohesivitas dan produktivitas secara positif berhubungan (makin kohesif suatu kelompok, makin besar produktivitas), tetapi jika norma kelompok mendorong produktivitas yang rendah maka hubungannya negatif”.

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi

Kohesivitas Kelompok

Kohesivitas Kelompok

Kohesivitas merupakan kekuatan yang saling tarik-menarik diantara anggota-anggota kelompok. Ibaratnya, sepiring nasi di antara butir-butirnya saling melekat.
Faktor-faktor yang menentukan kohesivitas kelompok:

    • Perilaku normatif yan gkuat ketika individu diidentifikasikan ke dalam kelompok yang diikuti.
    • Lamanya menjadi anggota kelompok. Semakin lama seseorang menjadi anggota kelompok akan memperlihatkan sifat kooperatif dan solidaritas yang tinggi.

Sumber : http://www.beactive-indonesia.110mb.com/kelompok.html

PENGERTIAN KOHESIVITAS KELOMPOK

PENGERTIAN KOHESIVITAS KELOMPOK

Kohesivitas kelompok merupakan kekuatan kelompok dan intensitasnya mempengaruhi anggota, dinamika kelompok dan performa kelompok baik dalam hal positif dan negatif.

Kohesivitas kelompok menciptakan suasana kerja yang lebih sehat. Karena orang-orang yang ada didalamnya lebih menaruh perhatian pada orang lain dengan berbagai cara yang lebih positif serta seseorang akan lebih berpengalaman dalam mengurangi kegelisahan dan ketegangan. Seseorang dalam kohesivitas kelompok akan lebih siap dalam menerima tujuan, keputusan dan norma kelompok. Selanjutnya, penyesuaian terhadap tekanan akan lebih banyak pada kohesivitas kelompok, sehingga penolakan individu pada tekanan tersebut akan melemah.

Sumber : http://dinkelpsiunair07.wordpress.com/

KOHESIVITAS KELOMPOK

KOHESIVITAS KELOMPOK

Definisi :

Collins dan Raven (1964) : kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.

Alat Ukur

1. Ketertarikan interpersonal antar anggota

2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok

3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary).

Kelompok yang makin kohesif, maka:

>tingkat kepuasan makin besar

>anggota merasa aman dan terlindungi

>komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering

>makin mudah terjadi konformitas -> anggota makin mudah tunduk pada norma kelompok dan makin tidak toleran pada devian.

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi

GROUPTHINK

MASALAH-MASALAH DALAM KELOMPOK

Berikut ini adalah salah satu masalah dalam kelompok, yaitu:

öGROUPTHINK

Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi

tidak efektif lagi.

Gejala:

1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini

a. Tingginya tekanan konformitas

b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui

c. Adanya minguard

>Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok.

>Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan kesepakatan.

d. Persetujuan yang tampak

2. Ilusi dan mispersepsi

a. Ilusi invulnerability → kelompok selalu benar dan kuat

b. Ilusi moral

c. Persepsi bias tentang out group → buas, jelek, dll

d. Collective rationalizing

Penyebab:

•♪ kohesi yang ekstrem

•♪ isolasi, leadership dan konflik decisional

•♪ proses polarisasi

Pencegahan:

1. Membatasi pencarian keputusan secara dini

a. meningkatkan open inquiry

b. kepemimpinan yang efektif

c. multiple group -> subgroup

2. Mengoreksi mispersepsi dan error

a. mengakui keterbatasan

b. empati

c. pertemuan ‘kesempatan kedua’

3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif

Tahap I : kelompok harus terima tantangan dengan memilih solusi

yang mungkin terbaik

Tahap II : kelompok harus mencari alternatif solusi dengan membuat

daftar

Tahap III : evaluasi sistematik terhadap alternatif-alternatif pada

tahap-tahap hasil = konsensus

Tahap IV : mengubah konsensus menjadi keputusan

Tahap V : mematuhi keputusan yang diambil

Sumber : Handout Psikologi Kelompok (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

DEINDIVIDUASI

MASALAH-MASALAH DALAM KELOMPOK

Berikut ini adalah salah satu masalah dalam kelompok, yaitu:

öDEINDIVIDUASI

Deindividuasi merupakan proses hilangnya kesadaran individu karena melebur di dalam kelompok -> pikiran kolektif.

Perspektif Teoritis

1. Teori Perilaku Kolektif

Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga bukan kelompok sebenarnya

Tipe kolektif:

a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)

b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb

a. Teori Konvergen

Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.

b. Teori Contagion (Penularan)

Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain

sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.

c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)

Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya

kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

2. Teori Deindividuasi


±Kondisi

Anonimity

Responsibility

Anggota kelompok

Arousal

Lain-lain (situasi baru,

penggunaan obat)

±Keadaan Terdeindividuasi

Lost of self – awareness

Lost of self – regulation

self monitoring ↓

gagal memperhatikan norma-norma relevan

sedikit pakai penguat untuk membangkitkan diri

gagal melakukan rencana jangka panjang

±Perilaku Deindividuasi

Emosi yang impulsif, irasional, regresif, dengan intensitas:

tdk dibawah kendali stimulus

melawan norma

pleasurable ↑

Penyebab:

1. Rendahnya identiafibilitas seseorang

2. Rasa keanggotaan dalam kelompok

3. Ukuran kelompok -> semakin besar, semakin mudah terdeindividuasi

4. Kebangkitan personil -> amarah

Sumber : Handout Psikologi Kelompok (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

PERFORMING : BEKERJA BERSAMA DALAM KELOMPOK

PROSES DASAR DALAM KELOMPOK

berikut adalah salah satu proses dasar dalam kelompok yaitu :
PERFORMING : BEKERJA BERSAMA DALAM KELOMPOK

Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana
kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.
A. Coaction Paradigm
-> beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling
berinteraksi, misalnya: ujian dikelas
B. Audience Paradigm (passive spectators)
-> kehadiran orang lain justru menghambat kinerja, misalnya: menghapal
pelajaran ditengah orang banyak
Penelitian Robert Zajonc:
> Respon dominan
->fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon
dominan itu sesuai
> Respon nondominan
->fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon
dominan itu tidak sesuai
Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)
Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
– jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
– jenis-jenis hasil yang diinginkan
– prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan
Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
▪    tipe-tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
▪    jika anggota kelompok mempunyai sumber daya tersebut maka akan
sukses
Tipologi tugas menurut Steiner
1. Divisible : subtugas dapat dibagi-bagi kepada beberapa anggota
2. Unitary >< divisible : satu tugas hanya dikerjakan satu orang saja
3. Maximazing : yang diutamakan adalah produk atau kuantitas maksimal
4. Optimazing : yang terutama adalah kinerja atau kualitas optimum
5. Additive : adanya penambahan input individual untuk menghasilkan produk
kelompok
6.Compensatory : rata-rata penilaian individu untuk menghasilkan produk
kelompok
7. Disjunctive : kelompok harus mempunyai satu jawaban spesifik terhadap tipe
masalah ya atau tidak
8. Conjuctive : semua anggota harus melakukan tindakan yang spesifik sebelum
tugas selesai dengan sempurna
9. Discretionary : jika anggota bebas memilih, metode mana yang disukainya
dengan mengkombinasikan input individualnya
Meningkatkan performance kelompok:
1. Proses komunikasi
2. Proses perencanaan -> strategi-strategi kinerja
3. Prosedur-prosedur khusus:
a. Brainstorming, terdapat 4 syarat utama:
⁃    expressiveness : bebas mengekspresikan apa saja yang
ada dalam benak kita
⁃    nonevaluative : tidak ada pendapat yang baik atau buruk,
semua pendapat berharga
⁃    quantity : semakin banyak ide, semakin kreatif
⁃    building : ide-ide yang disampaikan seperti puzzle (ide-ide
tersebut masih kasar, harus disusun dulu)
b. Nominal Group Technique (NGT)
-> pemimpin memberikan permasalahan ke forum lalu ditulis di
whiteboard. Setiap orang disuruh maju ke whiteboard untuk
menuliskan gagasan lalu dipilih mana yang paling baik
c. Delphi Technique
-> pemimpin membuat kuesioner, anggota disuruh mengisi
kuesioner tersebut. Setelah diisi dikembalikan ke pemimpin lalu
diberi feedback, dikembalikan lagi ke anggota, demikian terus
menerus sampai ditemukan solusi yang baik
d. Synectics (bahasa Yunani = bergabung bersamanya elemen-elemen
yang berbeda dan nampaknya tidak relevan)
-> bentuk spesial dari brainstorming. Kita disuruh berpikir lebih
kreatif, berpikir secara divergen, dapat memberikan ide bermacam-macam.

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

NORMING : PEMBENTUKAN STRUKTUR KELOMPOK

PROSES DASAR DALAM KELOMPOK

NORMING : PEMBENTUKAN STRUKTUR KELOMPOK
1. Peran (role)
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai
anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku
orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Perbedaan peran :
•    Task roles ->tugas
•    Socioemotional roles -> sosioemosi
Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive
Konflik peran :
> interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
> intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain
2. Norma (norm)
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan-tindakan
yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.
3. Hubungan antar anggota
-> otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)